Sekolah Tenun Kampung (STK) di Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT)
Pada tanggal 27 Juni – 4 Juli 2024, tim Weaving for Life (WFL) melakukan perjalanan ke Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT). Perjalanan kali ini, dalam rangka pembentukan Sekolah Tenun Kampung di TTU. Pembentukan Sekolah Tenun ini bertujuan untuk mendorong regenerasi penenun di daerah TTU. Sekolah Tenun Kampung sudah terbentuk di 5 daerah, yakni Desa Tokbesi, Desa Sainiup, Desa Tunbaen, Desa Pantae, dan Desa Papin.
Sekolah Tenun Kampung diikuti oleh anak-anak di masing-masing wilayah, baik itu laki-laki maupun perempuan. Di Sekolah Tenun Kampung, anak-anak belajar menenun dari para maestro tenun Biboki. Di sini, anak-anak belajar cara memintal benang, menggulung benang, sampai pada tahap menenun kain tenun.
Selama perjalanan ini, tim WFL menemui anak-anak di setiap daerah dan mereka sangat antusias. Mereka menyambut tim dengan senyum lebar, gembira, dan semangat menunjukan proses belajar menenun. Pagi-pagi sekali mereka sudah berkumpul di tempat Sekolah Tenun Kampung. Dengan tingkah anak-anak pada umumnya, mereka mulai mengambil posisi masing-masing. Ada yang mengambil gulungan benang, ada yang langsung duduk di tempat menenun, ada yang menunggu giliran karena keterbatasan alat yang ada. Bahkan sudah ada anak yang menghasilkan sehelai kain tenun yang cantik.
Perjalanan ini juga sebagai kesempatan untuk memperlihatkan hasil dokumentasi Tenun Biboki. Dokumentasi tenun Biboki merupakan program kerjasama WFL dengan para Puan Maestro di Biboki yang didukung oleh Dana Indonesiana. Dokumentasi dalam bentuk buku yang berjudul “Puan Maestro: Para Perempuan Penenun Kain Biboki” dan foto-foto yang sudah dicetak. Hasil dokumentasi ini dinikmati oleh para Maestro dan anak-anak Sekolah Tenun Kampung. Mereka melihat hasil dokumentasi dengan penuh senyum dan penasaran, foto siapa saja yang dipakai sebagai pelengkap di buku ini. Sedangkan anak-anak, melihat dengan penuh ketertarikan. Berharap mereka akan menjadi penerus dari para Maestro ini. Seperti kata salah satu anak Sekolah Tenun Kampung di Desa Pantae; Judit, mereka adalah anak-anak Puan Maestro. Kata-kata yang menjadi doa, semoga anak-anak Sekolah Tenun Kampung TTU menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus belajar tentang tenun tradisional Indonesia.
Penulis: Sumartini
Editor: Lia de Ornay